A. Pengertian Shock Absorber
Shock absorber merupakan komponen penting suatu kendaraan
yaitu dalam sistem suspensi, yang berguna untuk meredam gaya osilasi dari
pegas. Shock absorbers berfungsi untuk memperlambat dan mengurangi besarnya
getaran gerakan dengan mengubah energi kinetik dari gerakan suspensi menjadi
energi panas yang dapat dihamburkan melalui cairan hidrolik.
Gambar 1.1 Tampilan Struktur Dan Fungsi Shock Absorber
Peredam kejut (shock absorber) pada mobil memiliki
komponen pada bagian atasnya terhubung dengan piston dan dipasangkan dengan
rangka kendaraan. Bagian bawahnya, terpasang dengan silinder bagian bawah yang
dipasangkan dengan as roda. Fluida kental menyebabkan gaya redaman yang
bergantung pada kecepatan relatif dari kedua ujung unit tersebut. Hal ini
membantu untuk mengendalikan guncangan pada roda.
Konstruksi shock absorber itu terdiri atas piston,
piston rod dan tabung. Piston adalah kmponen dalam tabung shock absorber yang
bergerak naik turun di saat shock absorber bekerja. Sedangkan tabung adalah
tempat dari minyak shock absorber dan sekaligus ruang untuk piston bergerak
naik turun. Dan yang terakhir adalah piston rod adalah batang yang
menghubungkan piston dengan tabung bagian atas (tabung luar) dari shock
absorber. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1.2 Tampilan Detail Struktur Shock Absorber
Shock
absorbers bekerja dalam dua siklus yakni siklus kompresi dan siklus ekstensi.
a)
Siklus Kompresi
(Penekanan)
Saat
shock absorber ditekan karena gaya osilasi dari pegas suspensi, maka gerakan
yang terjadi adalah shock absorber mengalami pemendekan ukuran. Siklus kompresi
terjadi ketika piston bergerak ke bawah, menekan fluida hidrolik di dalam ruang
bawah piston. Dan minyak shock absorber yang berada dibawah piston akan naik
keruang atas piston melalui lubang yang ada pada piston. Sementara lubang kecil
(orifice) pada piston tertutup karena katup menutup saluran orifice tersebut.
Penutupan katub ini disebabkan karena peletakan katup yang berupa membran (plat
tipis) dipasangkan dibawah piston, sehingga ketika minyak shock absorber
berusaha naik ke atas maka katup membran ini akan terdorong oleh shock absorber
dan akilbatnya menutup saluran orifice. Jadi minyak shock absorber akan menuju
ke atas melalui lubang yang besar pada piston, sementara minyak tidak bisa
keluar melalui saluran oriface pada piston. Pada saat ini shock absorber tidak
melakukan peredaman terhadap gaya osilasi dari pegas suspensi, karena minyak
dapat naik ke ruang di atas piston dengan sangat mudah.
b)
Siklus Ekstensi
(Memanjang)
Pada
saat memanjang piston di dalam tabung akan begerak dari bawah naik ke atas.
Gerakan naik piston ini membuat minyak shock absorber yang sudah berada diatas
menjadi tertekan. Minyak shock absorber ini akan mencari jalan keluar agar
tidak tertekan oleh piston terus. Maka minyak ini akan mendorong katup pada
saluran oriface untuk membuka dan minyak akan keluar atau turun ke bawah
melalui saluran oriface. Pada saat ini katup pada lubang besar di piston akan
tertutup karena letak katup ini yang berada di atas piston. Minyak shock
absorber ini akan menekan katup lubang besar, piston ke bawah dan mengaakibat
katup ini tertutup. Tapi letak katup saluran oriface membuka karena letaknya
berada di bawah piston, sehingga ketika minyak shock menekan ke bawah katup ini
membuka. Pada saat ini minyak shock absorber hanya dapat turun ke bawah melalui
saluran orifice yang kecil. Karena salurannya yang kecil, maka minyak shock
absorber tidak akan bisa cepat turun ke bawah alias terhambat. Di saat inilah
shock absorber melakukan peredaman terhadap gaya osilasi pegas suspensi.
Tipikal
mobil atau truk ringan akan memiliki lebih banyak perlawanan selama siklus
ekstensi daripada siklus kompresi. Semua peredam kejut modern adalah kecepatan sensitif - suspensi semakin cepat
bergerak, semakin banyak perlawanan yang shock breker sediakan. Hal ini
memungkinkan guncangan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi jalan dan untuk
mengontrol semua gerakan yang tidak diinginkan yang dapat terjadi dalam
kendaraan yang bergerak.
Cara
kerja dari shock absorber tersebut di atas merupakan shock absorber yang
bertipe single action, sedangkan untuk shock absorber bertipe double action
tidak menggunakan saluran besar pada piston, kedua - duanya hanya berupa
saluran orifice saja. Sehingga saat kompresi, shock absorber akan melakukan
peredaman terhadap gaya osilasi pegas suspensi.
Bila
peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku pada massa selain
gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas. Bila bergerak dalam fluida benda
akan mendapatkan peredaman karena kekentalan fluida. Gaya akibat kekentalan ini
sebanding dengan kecepatan benda. Konstanta akibat kekentalan (viskositas) c
ini dinamakan koefisien peredam, dengan satuan N s/m (SI).
Dengan
menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita mendapatkan persamaan.
Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila
redaman cukup kecil, sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan
berhenti. Keadaan ini disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling
mendapatkan perhatian dalam analisis vibrasi. Bila peredaman diperbesar
sehingga mencapai titik saat sistem tidak lagi berosilasi, mencapai titik
redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik kritis ini sistem
disebut dalam keadaan lewat redam.
Nilai koefisien redaman yang diperlukan untuk mencapai titik
redaman kritis pada model massa - pegas-peredam adalah :
Solusi sistem kurang redam pada model massa-pegas-peredam
adalah :
Nilai X, amplitudo awal, dan φ,
ingsutan fase, ditentukan oleh panjang regangan pegas.
Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor
eksponensial dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat
sistem teredam: semakin besar nisbah redaman, semakin cepat sistem teredam ke
titik nol. Fungsi kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi osilasi
berbeda daripada kasus tidak teredam.
Frekuensi dalam hal ini disebut “frekuensi alamiah teredam”, fd,
dan terhubung dengan frekuensi alamiah takredam lewat rumus berikut.
Frekuensi
alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah takredam, namun untuk
banyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan karenanya perbedaan
tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam dan takredam kerap kali
tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.
0 Response to "Pengertian Shock Absorber"
Post a Comment